Senin, 27 Februari 2012

Resensi Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita

   Film ini dirilis pada bulan oktober tahun 2010 silam, film yang di produseri oleh Intan Kieflie ini menceritakan kisah tentang 7 perempuan yang memiliki kisah hidup yang berbeda. 
   Kartini, seorang dokter yang memiliki pengalaman yang mengecewakan dimasa mudanya dengan seorang laki-laki yang kemudian dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang complicated dari pasiennya yang kebetulan mengalami kekerasan dari laki-laki. Hal tersebut juga yang membuat dia memilih untuk tidak membuka hati dan menikah sampai diusianya yang ke-45.
   Lili, perempuan tionghoa yang sangat mencintai suaminya. tapi sering mendapat kekerasan dari suaminya, karena suaminya memiliki kelainan seksual sadisme/masokisme (seseorang yang mendapat kepuasan seks setelah lebih dulu menyakiti pasangan seksnya baik fisik maupun psikologis/mendapat kepuasan seks setelah disakiti pasangan seksnya)*.
   Yanti, perempuan pekerja seks yang menjajakan tubuhnya lantaran kondisi yang memaksanya begitu. bukan masalah ekonomi yang dimunculkan dalam film ini melainkan cerita dari sang perempuan yang awalnya bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan namun karena kebejatan bosnya akhirnya ia memilih untuk menjadi PSK. dalam film ini yanti mengalami guncangan yang sangat hebat saat mendapati diirinya mengidap penyakit kangker rahim, dan sang AnJeLo (Antar Jemput Lonte) 'Bambang' yang memperkuat yanti untuk tetap berjuang melawan penyakitnya.
   Rara, gadis kecil kelas 2 SMP yang terlibat kenakalan remaja hingga akhirnya hamil dengan pacarnya (Acin anak SMA)
   Lastri, perempuan gendut yang seolah memiliki pasangan ideal. walaupun selama pernikahan mereka tidak dikaruniai anak, namun sang suami tetap setia mendampingi. namun disisi lain Hadi sang suami yang seolah-olah sempurna sebagai seorang suami ternyata sudah memiliki istri
   Ningsih,wanita karir yang memiliki peran dominan dalam keluarga, mengurus segala keperluan rumahtangga dan menanggung semua kebutuhan. pergulatan inilah yang menyebabkan ningsih berobsesi memiliki anak laki-laki lantaran sang suami yang tidak bisa tegas dan hanya bisa diam. dan barangkali perlakuan tersebutlah yang membuat hadi mencari perempuan lain yang mampu menghargai keberadaannya
   Ratna, perempuan berjilbab nan sholehah. menikah selama 5 tahun namun belum dikaruniai anak, sampai pada akhirnya dia hamil. namun malang, walaupun ratna hamil marwan pun tidak memperlihatkan perhatian dan kebahagiaannya karna sang istri telah hamil setelah sekian lama menunggu. justru saat usia kandungannya sudah tua, sang suami ketahuan selingkuh dan memiliki anak berusia 3 tahun.
   Fenomena kehidupan yang bertumpuk menjadi satu, kekerasan atas nama cinta, perempuan-perempuan penjaja seks, kenakalan remaja yang tidak bisa ditolerir dan semakin meraja lela, perempuan karir yang tidak menghargai pasangannya, perselingkuhan, dan lain-lain. seolah menjadi persoallan yang tidak asing lagi di kehidupan sehari-hari.
   sampai pada kesimpulan yang dapat diambil pada percakapan Marcella Zalianty (dokter Rohana) bersama Jajang C. Noer (dokter Kartini) bahwa tidak semua perempuan adalah korban dan tidak semua laki-laki itu sama. Perempuan tetap punya kebebasan atas apapun begitu juga laki-laki, yang diperlukan hanyalah kesepahaman antara kedua belah pihak

* dalam buku Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita karangan Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG halaman: 22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar