oleh: Nurul Intani dan Natalia Dewi Pratiwi
Kasus dalam film pendek yang diputar merupakan salah satu jenis gejala Skizofrenia Paranoid dimana subjek selalu merasa takut dan terancam, sejak kecil dia merasa tidak diharapkan oleh ibunya, tidak didukung dan dibatasi untuk berkarya. Gelisah (merasa dibisiki untuk bunuh diri) dan sering berteriak dengan alasan yang irasional. Di akhir cerita subjek menjelaskan sedikit hal yang ia harapkan, yakni ia butuh teman dan butuh pengertian.
B. Definisi
Gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional tentang dirinya atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya (Raboch, 2007)
C. Tipe-tipe Skizofrenia
Berdasarkan PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Kejiwaan), tipe-tipe Skizofrenia dibagi menjadi sebagai berikut :
F 20.0 Skizofrenia Paranoid
F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik
F 20.2 Skizofrenia Katatonik
F 20.3 Skizofrenia tak terinci
F 20.4 Depresi Pasca Skizifrenia
F 20.5 Skizofrenia Residual
F 20.6 Skizofrenia Simpleks
D. Skizofrenia Paranoid
Orang penderita Skizofrenia di Indonesia saat ini disebut dengan ODS (Orang Dengan Skizofrenia) oleh Asosiasi orang peduli Skizofren. Untuk seterusnya, penulis akan menyebut dengan ODS dalam topic bahasan Skizofrenia Paranoid ini.
Tipe ini ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran tentang adanya persekongkolan atau sentimen negatif orang lain yang merupakan ancaman bagi dirinya, terlihat begitu nyata dan mencolok meski sebenarnya itu hanya skenario yang berlangsung di dalam pikirannya sendiri. Ditambah pula halusinasi pendengaran dimana ODS mendengar suara-suara yang tak didengar oleh orang lain.
Secara umum tipe ini terlihat paling ‘normal’ dibanding tipe-tipe lainnya, terutama kalau yang bersangkutan mampu mengendalikan diri. ODS paranoid mampu bekerja dan bersosialisasi secara wajar. Perilaku yang muncul ke permukaan sangat tergantung pada muatan delusi/halusinasi dalam pikirannya, ODS yang meyakini adanya persekongkolan jahat akan cenderung gampang tersinggung atau marah. Kondisi tak nyaman kerapkali merupakan pemicu rangkaian gejala lainnya (Widyowati, 2013)
E. Gejala-gejala Skizofrenia Paranoid
Gejala positif
a. Delusi atau waham : Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
ODS ini meyakini bahwa ayahnya adalah orang yang jahat
b. Halusinasi : Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/ bisikan itu.
ODS ini merasakan bahwa di kamarnya terdapat seseorang yang selalu membisikkan sesuatu yang negatif tentang dirinya
c. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, emosinya meluap-luap
ODS ini sering berteriak dengan alasan yang irasional
d. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
ODS ini merasa ketakutan setiap kali berhalusinasi bahwa ada orang yang akan melukainya
Gejala negatif
a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”
Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
Wajah dari ODS ini terlihat datar, ia tidak mampu menunjukkan ekspresi dari dirinya
b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain dan suka melamun.
ODS ini hanya mengurung diri di kamar dan tidak mau mencoba berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya
F. Penanganan
1. Multidisipliner
2. Dukungan Sosial Keluarga
Niven dalam Susilowati (2000) bahwa komponen-komponen dukungan sosial keluarga adalah sebagai berikut :
· Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan pasien nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada pasien yang dirawat di rumah atau rumah sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk dukungan emosional ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian kepada individu. Memberikan individu perasaan yang nyaman, rasa memiliki dan merasa dicintai saat mengalami masalah, bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, cinta, dan emosi. Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai maka dukungan dapat menggantikannya sehingga akan dapat menguatkan kembali perasaan dicintai tersebut. Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak terkontrol maka akan berakibat hilangnya harga diri.
· Dukungan Pengharapan
Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian positif terhadap individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif keluarga kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman. Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik dan mampu membangun harga diri pasien.
· Dukungan Material
Dukungan ini meliputi penyedian dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (Instrumental Support/Material Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis.
· Dukungan Informasi
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien di rumah atau rumah sakit jiwa, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi, keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”
Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
Wajah dari ODS ini terlihat datar, ia tidak mampu menunjukkan ekspresi dari dirinya
b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain dan suka melamun.
ODS ini hanya mengurung diri di kamar dan tidak mau mencoba berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya
F. Penanganan
1. Multidisipliner
2. Dukungan Sosial Keluarga
Niven dalam Susilowati (2000) bahwa komponen-komponen dukungan sosial keluarga adalah sebagai berikut :
· Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan pasien nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada pasien yang dirawat di rumah atau rumah sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk dukungan emosional ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian kepada individu. Memberikan individu perasaan yang nyaman, rasa memiliki dan merasa dicintai saat mengalami masalah, bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, cinta, dan emosi. Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai maka dukungan dapat menggantikannya sehingga akan dapat menguatkan kembali perasaan dicintai tersebut. Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak terkontrol maka akan berakibat hilangnya harga diri.
· Dukungan Pengharapan
Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian positif terhadap individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif keluarga kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman. Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik dan mampu membangun harga diri pasien.
· Dukungan Material
Dukungan ini meliputi penyedian dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (Instrumental Support/Material Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis.
· Dukungan Informasi
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien di rumah atau rumah sakit jiwa, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi, keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
· Maslim Rusdi, (2001). Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ – III. Nuh Jaya. Jakarta
· Raboch. (2011). Schizophrenia, Call of Paper. Prague: Raboch Department of Psychiatry
· Siswanto, (2007). Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Penerbit Andi. Yogyakarta
· Widodo. (2010). Dukungan Sosial pada Penderita Skizofrenia. Retrieved from http://file.usu.edu/Direktori/FPTK/JUR.PSIKOLOGI.pdf, 27 April, 2013
· Widyowati, (2013). Orang Dengan Skizofrenia, Retrieved from www.Kompasiana.com , 27 April 2013
· Maslim Rusdi, (2001). Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ – III. Nuh Jaya. Jakarta
· Raboch. (2011). Schizophrenia, Call of Paper. Prague: Raboch Department of Psychiatry
· Siswanto, (2007). Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Penerbit Andi. Yogyakarta
· Widodo. (2010). Dukungan Sosial pada Penderita Skizofrenia. Retrieved from http://file.usu.edu/Direktori/FPTK/JUR.PSIKOLOGI.pdf, 27 April, 2013
· Widyowati, (2013). Orang Dengan Skizofrenia, Retrieved from www.Kompasiana.com , 27 April 2013
Bermanfaat sekali bagi saya
BalasHapusTerimakasih😊
salam,nak tanya saya kini mengalami masalah seperti diri sendiri seorang yang ganjil sebagai contoh dapat interaksi dengan haiwan serta tumbuhan termasuk benda-bendaan.sebelum terjadinya perkara pelik itu saya menonton tv seorang diri dan dalam program ada seorang penyanyi mirip kawan saya tetapi rendah sedikit dan esoknya saya terjumpa kawan saya tersebut lalu dia cuba mengukur ketinggiannya dengan saya.aik..saya terkejut dan hairan adakah ini tergolong mental?sekian salam
BalasHapus